Dua Pasang Hati

Sabtu, 23 Mei 2015 - 10:59 WIB
Dua Pasang Hati
Dua Pasang Hati
A A A
”Alhamdullilah, Mbak Lara. Kita udah dapet ruangan untuk taro barang-barang.” Lara bernafas lega. ”Oh ya? Puji Tuhan deh kalo gitu. Yuk, kita kesana sekarang.”

Dodo dan Lara segera menuju ruang gudang di lantai satu tersebut, sesudah mendapat kunci dari pihak rumah sakit. Keduanya langsung disibukkan dengan pengaturan barang-barang tak terpakai yang harus segera diletakkan langsung di ruang itu. Gelap, sunyi dan penuh debu. Lara sebetulnya enggan untuk masuk ke sana, tetapi ia harus tetap profesional, seperti janjinya di awal memuaskan para kliennya.

Dodo yang tengah disibukkan dengan peletakan barang-barang di ruang itu, juga mau nggak mau harus bolak-balik ke luar untuk membantu pengangkatan barang dengan pihak yang terkait. Sebelumnya, ia pamit pada Lara, membantu petugas yang lain. ”Mbak Lara, tunggu sebentar ya di sini. Saya mau angkat barang dulu.” Cowok itu berkata pada Lara, sebelum meninggalkan ruang gelap tersebut.

Lara menurut saja apa yang dikatakan Dodo. Belum ada lima menit, Lara sudah melihat punggung cowok itu beranjak jauh dari pandangan matanya. Ia berlari-lari kecil, mempercepat jalannya agar dapat membantu petugas lainnya mengangkat barang. Tinggallah Lara sendirian di ruang gelap tersebut. Sebetulnya perasaan waswas sempat menghinggap di benaknya.

Entah kenapa dari kecil, Lara begitu membenci tempat sempit, gelap, lembab dan agak berbau, yang tibatiba saja membuatnya sakit kepala, sesak napas dan bahkan seperti orang yang terkena serangan jantung. Sebab itu, Lara nggak pernah meminta ada gudang di rumahnya, agar dia tidak merasa seperti itu.

Tempat ini benar-benar sempit, Lara berpikir. Sudah ada empat barang besar yang dimasukkan di dalamnya, membuat rongga jalan di ruang tersebut sedikit terhimpit dengan barangbarang tersebut. Demi mengusir rasa ketakutannya, Lara menyalakan lampu flash light yang tersedia di handphone-nya.

Begitu ia akan menyalakannya, ia tersadar kalo handphone-nya lowbatt, sehingga nggak bisa dinyalakan. Perasaan mencekam kembali menghantui pikirannya. Ia tidak mengerti kenapa setiap dirinya berada di tempat gelap dan sempit, ia seperti merasa akan mati dan begitu ketakutan, apalagi dia sendirian. Sudah lima menit berselang, Dodo tak kunjung kembali. Ditambah lagi, handphone -nya yang mati, membuat keadaan semakin parah.

Perasaan ketakutan Lara semakin membuatnya tercekat, takut kembali sewaktu ia masih kecil. Sretttt ! Sebuah suara gesekan sebuah barang terdengar jelas, entah apa yang tak sengaja disentuhnya, hingga barang itu seolah menghalangi pintu gudang tersebut. Ditambah lagi, suara jeritan daun pintu yang rapuh mengagetkan jantungnya yang mulai berdegup kencang.

Mati deh gue, batin Lara. Ia berjalan pelan-pelan, mencari dimana pintu keluar itu berada. Ketika ia sudah berhasil menemukannya, pintu itu tak lantas terbuka, seolah ia terkurung di ruang gelap itu. Lara semakin ketakutan, dadanya mulai sesak dan keringat dingin muncul tanpa diperintah, membasahi sekujur tubuhnya.

Sulit rasanya untuk menahan gejolak seperti yang dirasakannya saat ini. Lara berusaha mencari benda apapun di sekitarnya, siapa tahu berguna untuk mendobrak pintu gudang. Ia meraba-raba sebuah benda di sekitar gudang lama tersebut, siapa tahu saja benda itu dapat membantunya mendobrak pintunya.

Sayangnya benda tajam itu sama sekali tak dapat menopang pertahanannya. Lara melempar benda itu dengan kesal, ia mulai putus asa, apalagi denyut jantungnya semakin tak beraturan, membuatnya semakin sulit bernafas. Kepala Lara mulai pusing, pertahanannya seakan goyah, lututnya bergetar, dan pandangan matanya mulai kabur.

Entah apa yang ada di benaknya saat itu, tanpa sadar Lara memanggil satu nama, namun sayangnya sosok itu tak berada di sisinya. Keenan baru saja kembali dari workshop yang diadakan di Felicitas University. Ketika ia baru saja menginjakkan kaki di lantai satu, suasana rumah sakit tampak begitu sibuk dan gaduh.

Sepertinya ada sesuatu, pikir Keenan saat itu. Awalnya, ia acuh dengan suasana gaduh yang mendatangkan beberapa petugas keamanan, tetapi saat Keenan hendak menuju ke ruangannya, ia berpapasan dengan salah satu anak buah Lara yang terlihat begitu panik dan khawatir. (bersambung)

VANIA M. BERNADETTE
(ftr)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0744 seconds (0.1#10.140)